Kiamat Kecil Sistem Ekonomi Dunia

Munculnya kapitalisme diawali dari terbitnya buku yang sangat dipuja oleh kaum ekonom klasik, The Wealth of Nations karangan Adam Smith. Dengan teori The Invisible Hand yang mengungkapkan bahwa ekonomi berjalan optimum dan efisien dengan sendirinya. Peran pemerintah terhadap sektor ekonomi diharapkan tidak ada. Dalam kerangka teori klasik, pemerintah dianggap akan mendistorsi pasar dari titik keseimbangan ekonomi (equilibrium).


Pada kenyataannya ada kesenjangan antara ranah teoritik dengan realitas. Pemikiran Adam Smith terbukti secara empiric tidak dapat mengakomodasi tujuan ilmu ekonomi sesungguhnya, yaitu kesejahtraan masyarakat. Maka bermunculanlah modifikasi dari sistem kapitalisme itu sendiri yang menantang keberadaan kapitalis ortodoks.


Sistem ekonomi yang berakar dari prinsip kapitalismepun tetap sering mengalami kegagalan-kegagalan. Ini terbukti dengan berkali-kalinya terjadi krisis ekonomi di dunia. Lihat saja peristiwa great Depression tahun 1933 yang mencoreng nama besar kapitalisme. Pada tahun 1997 krisis kembali terjadi yang mempeorak-porandakan perekonomian Asia Timur bermula dari Jepang yang berakibat sistem ekonomi Indonesia juga mengalami dampak akan krisis tersebut, pada tahun 2008 krisis kembali terjadi, krisis ini berasal dari sistem perekonomian di Amerika Serikat penyebabnya krisi perumahan dengan suku bunga yang tinggi sehingga sampai akhir tahun 2009 perbankan di Amerika telah tutup (bangkrut) sebanyak 120 bank. Pada tahun 2011 ini para ekonom dunia dan pemimpin dunia dikejutkan dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika penyebab krisis tersebut ialah buble ekonomi. Indonesia mengencangkan ikat pinggang untuk mengantisipasi krisis tersebut bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Krisis pada tahun 2011 ini lebih parah dari tahun 2008 yang berdampak dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk memberikan stimulus sebesar 6,5 Triliun Rupiah kepada Bank Century.

Masalah kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran acapkali terjadi di dunia ke-3. Bayangkan saja, ketika pendapatan rata-rata dunia secara riil naik sekitar 3,5% dari awal tahun 90-an sampai tahun 2010, secara bersamaan justru terjadi peningkatan jumlah masyarakat miskin dunia (pendapatan kurang dari 3$ per hari). Berkaca dari kasus ini, dapat disimpulkan adanya ketimpangan antara si kaya dan si miskin yang sangat kasat. Jika dari awal sistem ekonomi yang dijalankan adalah sebuah sistem yang ideal, tentunya kasus seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Bila kita amati kasus-kasus yang sebelumnya telah dipaparkan, tentunya dapat kita ketahui bahwa kasus tersebut merupakan dampak negative penerapan sistem ekonomi kapitalis secara luas. Namun penting juga untuk diperhatikan secara subtansif akar dari krisis ekonomi tersebut. Yaitu dengan memaparkan akar permasalahan secara focus pada salah satu masalah ekonomi yang paling krusial dan selalu di hadapi setiap negara, salah satunya adalah inflasi.

Inflasi dalam sistem kapitalisme menjadi salah satu siklus yang terus berulang-ulang dan bagaimanapun harus dihadapi oleh setiap negara di dunia. Lagi pula para ekonom sepakat bahwa inflasi dalam tingkatan yang moderat merupakan hal yang lazim dan justru dapat berakibat baik bagi perekonomian. Namun apabila yang terjadi adalah tingkat inflasi yang tinggi, ini tentu saja dapat menghalangi laju perkembangan ekonomi suatu negara secara signifikan.

Faktor penyebab terciptanya inflasi adalah sistem kapitalisme itu sendiri. Munculnya krisis financial terutama disebabkan penggunaan mekanisme bunga dalam perekonomian. Hal ini mengakibatkan keputusan investasi tidak berlangsung terhadap sektor riil. Implikasinya berupa pertumbuhan sektor financial yang lebih tinggi daripada sektor barang dan jasa. Konsekuensi logis dari masalah ini berupa tingkat inflasi yang tidak wajar dan seharusnya tidak terjadi, ini disebabkan daya beli uang terhadap barang dan jasa menurun.

Selain inflasi, bunga juga dapat menimbulkan hal buruk lain bagi perekonomian berupa mekanisme spekulasi yang motifnya dianggap telah lazim dalam perekonomian modern. Menarik memang apabila kita memperhatikan di mana sebuah krisis biasanya selalu diawali dengan mismanajemen sektor financial. Mengapa demikian terjadi? Mengapa ketika terjadi krisis ekonomi selalu diikuti dengan terjadinya inflasi yang tinggi bahkan hingga hiperimplasi?

Kapitalisme selalu saja melahirkan krisis yang sebenarnya pada setiap krisis yang terjadi memiliki karakteristik yang sama. Ini berarti bahwa sebenarnya sistem yang diagung-agungkan oleh hampir sebagian besar negara di dunia itu memiliki kekurangan yang fundamental. Memang beberapa kali tampak pembenahan terjadi disana-sini pada sistem kapitalisme, namun rupanya bukan kesalahan fundamental-lah yang diperbaiki.

Dari sini, ditakutkan akan terjadi krisis yang sama lagi pada suatu dekade di suatu masa. Namun, kali ini dapat dipastikan lebih parah terlihat semakin membabi-butanya praktek spekulasi sejak diberlakukannya fiat money diprediksikan akan membawa dunia pada kiamat kecil. Suatu hal terjadi dunia mulai panic dengan ketimpangan yang semakin besar. Dunia kehilangan akal sehat atas ketidak rasionalan angka-angka inflasi. Pertumbuhan telah tinggi, tapi tetap saja angka kemiskinan tinggi.

Indonesia merupakan bagian dari dunia dimana kapitalisme telah mengglobal atau lebih dikenal dengan kapitalisme global. Berangkat dari sejarah yang seolah-olah berulang pula, Indonesia merasakan dampak dari “kiamat kecil” sistem ekonomi dunia tahun 2011.

Hal ini tetntu masuk akal karena Indonesia, sudah menjadi aib umum, berada dalam hegemoni kapitalisme global. Intervensi vendor-vendor kapitalis telah jelas terasa pada setiap kebijakan yang dijalankan di Indonesia. Intervensi ini dipermudah oleh jeratan utang yang mereka sebut sebagai senjata neoimprealisme. Termasuk di dalamnya kebijakan moneter yang diterapkan. Sehingga kesalahan yang terjadi di “pusat” sana justru lebih berdampak di negara jajahan yaitu salah satunnya Indonesia. Akibatnya pula ketika pusat menerapkan sistem fiat money, Indonesia tanpa menanya lebih lanjut menyepakati fatwa si bos dan memberlakukan sistem yang sama di negerinya. Seolah-olah pemberlakuan sistem fiat money merupakan konsensus dunia.

Salah satu, dampak itu jelas terasa karena sebenarnya sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah sistem kapitalis itu sendiri. Lucunya, krisis ini terjadi seolah-olah merupakan kutukan akibat telah menipu rakyat dan dunia. Indonesia mengaku telah menggunakan sistem ekonomi demokrasi pancasila, namun praktek yang dilaksanakan adalah sistem ekonomi kapitalis itu sendiri.


*)Yusuf Faisal (Presiden Kelompok Studi Ekonomi Islam IAIN IB PADANG)

0 komentar: