EKONOMI ISLAM MENJAWAB

Salah satu tujuan dari kegiatan perekonomian adalah supaya masyarakat dapat mengakses sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, tujuan itulah yang justru menjadi permasalah pada saat sekarang ini. Mengapa?? Karena fakta ynag terjadi adalah masih adanyan kelompok masyarakat yang belum dapat mengakses sumber daya tersebut. Hasilnya adalah kemiskinan yang merajalela.

Kemiskinan memang merupakan fenomena yang tidak akan pernah terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat. Apapun jenisnya, kemiskina pasti dapat membuat hidup seseorang menjadi tidak mudah. Kemiskina membuat orang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup, pendidikan yang semestinya, dan kebutuhan lain secara layak. Akibatnya, orang yang miskin cenderung kurang gizi, berpendidikan rendah dan hidup dalam keterbatasan. Pendidikan yang rendah membuat kualitas sumber daya yang dimilikinya juga rendah yang berimplikasi pada produktifitas yang rendah. Sehingga orang yang miskin harta pada dapat membawa pemiliknya pada kemiskinan keahlian dan akhirnya pada miskin produktifitas.

Menurut sebagian kalangan, penyebab utama kemiskina adalah system ekonomi kapitalistik yang melahirkan distribusi kakayaan sacara tidak adil. Fakta empirik menunjukan bahwa sebenarnya bukan karena tidak adanya makanan yang membuat rakyat kelaparan, atau tidak ada rumah yang membuat sebagian masyarakat harus hidup di bantaran kali atau di emperan toko, melainkan buruknya distribusi terhadap makanan maupun perumahanlah yang menjadi penyebab.


Mengapa distribusi buruk yang menjadi penyebabnya?? Sistem serta kebijakan ekonomi Indonesia saat ini masih bersumberkan pada system kapitalis yang membuat system distribusi tidak berjalan dengan baik. Sistem ekonomi kapitalis pada awalnya memang percaya bahwa dalam ekonomi pasar terdapat tangan yang tidak kelihatan (invisible hand) yang akan mengatur perekonomian dengan sebaik – baiknya. Bila ekonomi membawa kemakmuran pada individu, maka kemakmuran tersebut secara tidak langsung dapat membawa kemakmuran bersama. Tapi ternyata kenyataan yang terjadi adalah tangan yang tidak kelihatan yang begitu diharap – harapkan tersebut tidak kunjung datang dan yang terjadi justru sebaliknya. Memang ada sebagian orang yang sejahtera, tapi hal itu tidak secara otomatis membawa kesejahteraan pada yang lain. Di tengah kemakmuran segelintir orang, sebagian lain justru hidup dalam kemiskinan dan terus menerus berada dalam proses pemiskinan.


Padahal, masih ada system ekonomi alternative yang dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut, yaitu system ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam terdiri dari beberapa instrument yang salah satunya adalah instrument ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf). Mekanisme zakat dapat memastikan aktifitas ekonomi mencapai tingkat terendah yaitu pada tingkat pemenuhan kebutuhan primer. Sedangkan infak – sadakah dan instrument lainnya dapat mendorong permintaan agregat, karena dapat berfungsi untuk membawa masyarakat agar dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik. Idealnya menurut system ekonomi Islam, instrument ZISWAF yang dihimpun pada Baitul Mal digunakan untuk kepentingan pengentasan kemiskinan melalui pendistibusian pendapatan dari yang berpend apatan cukup tinggi ke masyarakat yang perpendapatan rendah. 


Zakat dengan institusi amil zakatnya bisa membawa hubungan baik antara si kaya dan si miskin. Begitu juga dengan efek negative yang seringkali timbul sebagai akibat dari kesenjangan pendapatan tersebut seperti, meningkatnya kriminalitas, kemaksiatan, dan lain sebagainya akan dapat teratasi dengan adanya zakat.
Menurut Monzer Kahf, melalui golongan masyarakat penerima zakat (mustahik) dan pembayar zakat (muzakki), zakat memiliki peran untuk mendorong kinerja ekonomi. Singkatnya, zakat yang diterima mustahik akan meningkatkan konsumsinya yang tentu saja akan meningkatkan permintaan agregat secara makro.


Sementara itu bagi muzakki, zakat dapat meningkatkan rasio simpanan mereka dengan asumsi mereka akan mepertahankan kekayaan mereka. Jadi peningkatan rasio tabungan ini memiliki hubungan dengan penambahan investasi muzakki. Dengan asumsi bahwa pertambahan tingkat konsumsi sebagai akibat dari zakat sebelumnya membuat muzakki membuat keputusan untuk melakukan investasi. Dan pada saat yang sama akan menaikan permintaan agregat. Investasi yang dilakukan muzakki tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan bagi para mustahik dan pada akhirnya dapat membawa pengaruh positif bagi perekonomian secara global.


*Oleh: Rika Manda Sari

0 komentar: